Blogger news

melamun

ternyata hal yang selama ini sering aku lakukan gak salah, setelah baca artikel di http://motulz.blogdetik.com rupanya melamun ada bagusnya.. nah kalo pengen tau lebih lanjut selahkan baca aj yah...

Melamun, sebuah pekerjaan yang sejak lama tidak disarankan oleh orangtua kita. Kenapa? Karena konon melamun adalah pekerjaan sia-sia, bisa kesambet mahluk halus, dan buang waktu. Padahal melamun merupakan kemampuan indah manusia dibanding mahluk lain. Bagaimana bisa?
Kehidupan Sosial = Komunikasi Luar
Manusia adalah mahluk sosial. Tidak ada manusia yang mampu hidup normal tanpa keterlibatan manusia atau mahluk lain. Dalam melakukan hubungan sosial ini manusia memiliki kemampuan melakukan komunikasi luar, atau berkomunikasi dengan pihak luar badannya.
Komunikasi luar adalah cara manusia berinteraksi dengan sekitarnya. Proses komunikasi ini dilakukan oleh panca indera mata, telinga, kulit untuk melihat, mendengar, merasakan dan seterusnya. Dalam proses komunikasi luar ini manusia berfungsi sebagai receptor atau receiver, semua stimuli dan sensasi yang terjadi di luar badan kita merupakan sumber pemancarnya.
Membaca adalah komunikasi luar, majalah berfungsi sebagai obyek pemancar informasi dan mata kita berfungsi sebagai receptornya. Proses ini terjadi sebagai pengisi atau penambah vocabulary wawasan dan otak kita. Maka proses belajar pada manusia itu adalah proses komunikasi luar. Jika manusia bermasalah dengan cara belajar maka cara berkomunikasi luarnya yang musti dicarikan jalan keluarnya. Komunikasi luar akan efektif jika si “manusia”-nya nyaman dengan metode komunikasinya. Jika tidak maka sinyal atau sensasi luar tadi tidak akan efektif masuk ke dalam otak sebagai “data bank”.
Contohnya sederhana, anda mungkin tidak nyaman belajar fisika, matematika, kimia, atau yang lain. Akan tetapi jika model transmitter materi pelajaran tadi diubah, misalnya dalam bentuk yang anda sukai seperti komik, kartun, film, sajak, pentas teater, tari-tarian dan seterusnya, jangan-jangan materi pelajaran jauh lebih bisa dicerap otak kita. Disinilah kunci penting bagaimana otak kita melakukan cara unik dengan komunikasi luar.
Melamun = Komunikasi Dalam
Komunikasi dalam, adalah sebuah proses komunikasi kita dengan diri kita sendiri. Gampangnya, komunikasi dalam itu seperti, merenung, berkhayal, melamun, atau berfikir. Proses komunikasi ini jelas merupakan kemampuan manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk lain. Akan tetapi banyak yang masih berfikir bahwa melamun, merenung, atau berkhayal itu merupakan sebuah pekerjaan sia-sia.
Menyambung poin sebelumnya yaitu komunikasi luar. Semua hasil cerapan komunikasi luar akan masuk ke dalam otak kita sebagai data / references storage, lalu semua data itu akan terpilah-pilah berdasarkan seberapa sering topik tersebut kita pakai atau recall dalam kegiatan kita, jika kita jarang me-recall topik tersebut maka lambat laun topik itu akan mengendap masuk ke layer bawah otak kita. Sementara topik yang sering kita gunakan atau di recall, tentu akan selalu berada di lapisan atas otak kita. Jadi wajar saja jika akhirnya topik-topik pelajar SD hampir sulit kita ingat karena memang saat ini sudah berada di layer-layer bawah otak kita. Maka kini kita akan paham kenapa kita butuh menceritakan apa yang kita tahu (ingat) kepada orang lain, salah satu fungsinya adalah untuk “menyundul” topik tadi agar kembali ke layer atas otak kita.
Bercerita, berbagi ilmu, mengajarkan, dan seterusnya adalah proses me-recall atau menyundul topik-topik atau pengetahuan kita yang sudah lama untuk tetap berada di layer atas. Nah! proses kita berfikir dan mengolah semua materi di dalam lapisan-lapisan atau layer otak kita tadi itu lah yang disebut komunikasi dalam. Proses dimana kita sedang membongkar-bongkar data apa saja yang kita punya di dalam otak kita. Mungkin data atau materi itu sudah masuk sejak dua hari lalu saat saya menonton film. Namun ketika saya ingat-ingat lagi jalan cerita atau detil film itu tanpa saya menonton, maka proses itu lah yang dikenal dengan komunikasi dalam.
Komunikasi Dalam & Imajinasi
Apa yang membedakan manusia dengan cyborg? Sampai kapan pun robot tidak akan pernah bisa ber-imajinasi. Pernyataan ini sempat mencengangkan saya saat kuliah. Drs. Primadi Tabrani, dosen favorit saya menyatakan hal demikian. Hingga saat ini saya masih percaya dengan argumen beliau. Rasanya, saya akan tetap percaya sampai masa nanti juga :)
Proses imajinasi jelas merupakan sebuah proses komunikasi dalam antara diri kita dengan otak kita. Dalam berimajinasi kita bisa melakukannya dengan tutup mata dan telinga. Artinya saat melakukan proses tersebut kita tidak butuh komunikasi dari luar (komunikas luar). Walaupun kita tentu bisa berimajinasi dengan bantuan obyek luar, bisa jadi lebih mudah bisa jadi lebih sulit, ini tergantung kemmapuan tiap individu.
Berimajinasi adalah proses dimana otak kita sedang membongkar dan mencampur aduk apa yang ada di kepala kita. Dalam prosesnya kadangkala seperti saat kita menemukan koleksi masa kecil disebuah kotak di dalam gudang, sangat mengejutkan, menyenangkan, tapi bisa juga terharu atau emosionil. Proses komunikasi dalam ini memang erat dan bersentuhan dengan rasa, emosi, empati dan seterusnya. Dalam proses ini kita memang musti sering berlatih dalam memilah-milah perasaan mana yang kita butuhkan. Jika tidak terkendali maka bisa berdampak seperti orang schizophrenia.
Melamun, sebetulnya merupakan sebuah pekerjaan dimana kita tidak dalam ingin melakukan proses kreasi atau berkarya atau sedang dikejar deadline. Melamun atau merenung bisa dilakukan disaat-saat kita santai atau rileks namun dalam kesadaran penuh, tidak lagi gundah, galau, atau depresi. Melamun umumnya dilakukan secara reflek oleh kebanyakan orang saat di dalam lift, menunggu, di dalam taxi, atau (maaf) saat di toilet :)
Tidak heran jika akhirnya banyak sekali cerita teman-teman yang sering mendapatkan ide keren itu dari dalam WC. Hal ini menjadi wajar terjadi ketika kita tahu proses yang terjadi dalam WC adalah komunikasi dalam, yaitu melamun, merenung lalu berimajinasi. Hal yang suka merusaknya adalah ketika kita memaki diri bahwa pikiran atau ide dari melamun di WC itu adalah cara tolol dan memalukan. Atau saat keluar dari WC kita lupa mencatatnya ke dalam buku.
Teknologi & Melamun
Sejak ada mobile gadget, nampaknya kegiatan manusia yang namanya melamun itu makin berkurang. Kita masih berfikir bahwa melamun adalah pekerjaan sia-sia dan buang waktu. Maka untuk mengisi waktu yang sia-sia tadi banyak dari kita mengisinya dengan melakukan aktivitas dengan mobile gadget, entah itu browsing, chatting, atau twitting.
Tidak ada yang salah, namun sangat disayangkan saja jika akhirnya kemampuan kita melakukan komunikasi dalam ini menjadi terkikis dan akhirnya kemampuan tersebut makin tumpul. Jika sudah demikian maka akhirnya cara berfikir kita akan didominasi dengan rasionalitas. Semua musti rasional dan logis, karena tidak ada lagi wilayah untuk “angan-angan” atau berandai-andai. Bahkan jangan-jangan untuk bercita-cita pun musti ada filter, parameter, atau capability measurement.. ah terlalu rumit buat saya :)
Akhirnya semua kembali kepada kemampuan kita sebagai diri untuk mengatur porsi komunikasi tadi, baik itu yang luar maupun yang dalam. Tidak ada yang baik dari hal yang berlebihan. Melamun berlebihan hanya akan menjadikan diri kita seperti daysleeper. Melamun, merenung dan berimajinasi tanpa membuahkan hasil karya apapun, hanya akan menjadikan diri kita sebagai orang pemimpi. Jangan sia-siakan ide hasil melamun dan merenung dengan tanpa melakukan apa-apa. Hal sederhananya adalah tulislah ide-ide tersebut. Jadikan sebuah konsep nyata dalam tulisan. Terlepas dari apakah konsep atau ide tersebut bisa direalisasikan itu cerita lain. Dengan demikian, selain melatih kemapuan komunikasi dalam kita pun melatih komunikasi luar (menulis) dalam waktu bersamaan.
Mari melamun :)

0 komentar:

Powered by Blogger.